Kamis, 13 Februari 2025

Nama Sama Tak Seirama, antara Medokan Ayu Tambak dan Tambak Medokan Ayu

Jl. Medokan Ayu Tambak atau Jl. Tambak Medokan Ayu. (Foto: Didik Tri Winarno)

NAMA sama yang tak seirama, itu terkait beredarnya kata Medokan Ayu Tambak-Tambak Medokan Ayu-Medokan Tambak-Tambak Medokan di tengah masyarakat Medokan Ayu. Ada dua kata depan Medokan Ayu dan Tambak.

Itu kesimpulan H. Nawawi Achmad, yang pernah mengendalikan LKMK pada 2010-2013, 2013-2016, dan 2020-2023.

Kesimpulan itu salah satu wujud bukti kepedulian munculnya penyebutan dan penulisan satu area, kawasan Timur Medokan Ayu C.q. RW02 yang memiliki beberapa nama. Pada nama area itu, kata depan ada yang "Medokan",  ada pula yang "Tambak".

Kepedulian yang layaknya referensi itu menanggapi berita Fakta Medokan Ayu, judul "Medokan Tambak atau Tambak Medokan"

Fakta Medokan Ayu bagian dari Weblog InfoMedokanAyu, dalam meneluri fakta, selanjutnya sebagai pegangan dalam pemberitaan. 

Respon itu awalntya disalurkan terbuka via chat melalui Grup Whatsapp Tomas, tertanggal 13 Pebruari 2025. kemudian sesuai aslinya disatukan pada berita tersebut dalam kolom komentar.

Mengingat referensi itu sangat bernilai, dimunculkan pula dihalaman ini, yang terbuka untuk dikomentari sebagai tambahan, selengkapnya berikut ini. 

SEBAGAI embrio atau cikal bakal wilayah Keluraan Medokan Ayu itu ada 3 Pedukuhan yaitu: Medokan Sawah RW01, Medokan Kampung RW02 dan Wonoayu RW03. 

Sebelum tahun 70-an warga Medokan Ayu belum mengenal kata-kata Rukun Warga (RW) atau Rukun Tetangga (RT) yang dikenal pada waktu itu ya Pedukuhan Wonoayu,  Medokan Sawah dan Medokan Kampung.

Tapi seiring dengan perkembangan zaman terjadi perluasan kawasan wilayah. Bermunculanlah nama-nama kawasan untuk mempermudah identitas kawasan tersebut dan nama tersebut suka-suka si pengembang atau si pengkavling lahan memberi nama kawasan tersebbut.

Seperti Kosaghra RW04, YKP, Medayu Utara RW09 yang pada 2009 terjadi pemekaran 6 RW termasuk juga muncul nama Medokan Tambak dan Tambak Medokan Ayu. 

Hal tersebut yang disebabkan banyaknya si pengavling atau pengembang utk membedakan antara pengavling si A dan pengavling si B yang sama sekali tidak ada monitor dan keterlibatan penataan langsung oleh pemerintahan, baik tingkat RT RW atau Lurah.

Pada waktu itu atau bisa dikatakan liar-tak terkendali-opo jare sing ngavling. Kadang-kadang juga warga si pembeli atau pemilik tanah kavling pada waktu itu sama, tidak ada penataan dan koordinasi dengan pemangku wilayah tersebut. Akhirnya ya seperti sekarang ini namanya sama tapi tak seirama.(priono subardan)

2 komentar:

  1. Ini tokoh yang sangat peduli dan selalu mengikuti dan mencermati perkembangan, juga tetap tak melupakan. Sejarah dan budaya lokal.....

    BalasHapus
  2. Supangin ketua RW0113 Februari 2025 pukul 11.46

    Luar biasa

    BalasHapus